Sabtu, 03 November 2012

PENDAHULUAN
Laboratorium merupakan sarana penting untuk pendidikan, penelitian, pelayanan, uji mutu atau quality control serta untuk penunjang proses pembelajaran di sekolah. Seperti dikemukakan pada PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 42 ayat 2 bahwa “ Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang memiiki lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang pembeajaran yang teratur dan berkelanjutan”.
Dalam konteks pendidikan di sekolah laboratorium mempunyai fungsi sebagai tempat proses pembelajaran dengan metode praktikum yang dapat memberikan pengalaman belajar pada siswa untuk berinteraksi dengan alat dan bahan serta mengobservasi berbagai gejala secara langsung. Kegiatan laboratorium/praktikum akan memberikan peran yang sangat besar terutama dalam:
1.    Membangun pemahaman konsep;
2.    Verifikasi (pembuktian) kebenaran konsep;
3.    Menumbuhkan keterampilan proses (keterampilan dasar bekerja ilmiah) serta afektif siswa;
4.    Menumbuhkan rasa suka dan motivasi terhadap pelajaran yang dipelajari; dan
5.    Melatih kemampuan psikomotor.
Berbagai jenis laboratorium kimia telah banyak dimiliki oleh sekolah lanjutan atas (SMA dan SMK), perguruan tinggi, industri dan jasa serta lembaga penelitian dan pengembangan. Karena perbedaan fungsi dan kegunaannya, dengan sendirinya berbeda pula dalam desain, fasilitas, teknik, dan penggunaan bahan. Walaupun demikian, apabila ditinjau dari aspek keselamatan kerja, laboratorium-laboratorium kimia mempunyai bahaya dasar yang sama sebagai akibat penggunaan bahan kimia dan teknik di dalamnya.
Laboratorium kimia harus memiliki sifat aman dan nyaman. Aman terhadap setiap kemungkinan kecelakaan fatal yang terjadi, aman dari sakit maupun gangguan kesehatan. Nyaman terhadap segala kebutuhan atau keperluan dalam melakukan kegiatan, karena telah tersedia di tempat yang semestinya atau mudah d akses bila akan digunakan. Hanya dalam laboratorium yang aman seseorang dapat bekerja dengan aman, produktif, dan efisien, bebas dari rasa khawatir akan kecelakaan dan keracunan. Keadaan aman dalam laboratorium dapat diciptakan apabila ada kemauan dari setiap pengguna untuk menjaga dan melindungi diri. Diperlukan kesadaran bahwa kecelakaan dapat berakibat pada para pengguna, maupun orang lain serta lingkungan di sekitarnya. Disiplin setiap individu terhadap peraturan juga memberikan andil besar dalam keselamatan kerja. Kedua faktor penting tersebut bergantung pada faktor manusianya, yang ternyata merupakan sumber terbesar kecelakaan di dalam laboratorium.

STRATEGI PENGELOLAAN LABORATORIUM
Pengelolaan merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya. Pengelolaan hendaknya dijalankan berkaitan dengan unsur atau fungsi-fungsi manajer, yakni perencanaan, pengorganisasian, pemberian komando, pengkoordinasian, dan pengendalian.
Pada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja. Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan penanganannya bila terjadi kecelakaan. Para pengelola laboratorium hendaknya memiliki pemahaman dan keterampilan kerja di laboratorium, bekerja sesuai tugas dan tanggung jawabnya, dan mengikuti peraturan. Pada umumnya pengelola laboratorium di sekolah meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator laboratorium, penanggung jawab laboratorium, dan laboran.
Kunci keberhasilan laboratorium ditentukan oleh strategi pengelolaan yang meliputi beberapa aspek yaitu perencanaan, penataan, pengadministrasian/inventarisasi, serta pengamanan,perawatan dan pengawasan.

1.    Perencanaan (Planning).
Perencanaan bukan sekedar mengatur kegiatan, melainkan juga menentukan indikator keberhasilan dalam setiap tahapan dari kegiatan yang direncanakan. Dalam pengelolaan laboratorium merencanakan kegiatan  meliputi pelayanan praktikum, penelitian, pengadaan peralatan dan kebutuhan bahan, optimalisasi sumber daya, mencari sumber-sumber dana untuk kemandirian dan maintenance.
Perencanaan pengadaan peralatan merupakan hal yang sangat penting, terutama dalam spesifikasi alat dan bahan. Ketika mengajukan alat, spesifikasi alat hendaknya jangan mengacu pada katalog yang ada, melainkan pada spesifikasi apa yang dibutuhkan. Kesalahan menentukan spesifikasi alat dan bahan mengakibatkan biaya investasi menjadi tinggi. Jangan menentukan spesifikasi peralatan dengan  akurasi tinggi bila dalam pelaksanaannya nanti tidak diperlukan. Demikian juga dengan bahan-bahan kimia, menggunakan bahan dengan tingkat kemurnian tinggi merupakan pemborosan bila dalam prosesnya bukan merupakan suatu kegiatan analisis. Spesifikasi hendaknya disusun berdasar pada karakteristik kebutuhan, sarana yang ada dan ruang untuk penyimpanan. Selain itu dalam pengadaan alat harus bisa dijamin adanya tenaga yang mampu mengoperasionalkan alat. Jangan merencanakan pengadaan alat yang tidak ada tenaga yang akan mengoperasikannya. Apabila memang dibutuhkan maka harus dilakukan training yang relevan dengan penggunaan alat.

2.    Mengatur (Organizing).
Merupakan upaya untuk menjalankan kegiatan laboratorium sebagaimana fungsinya. Pengaturan mencakup setting secara fisik dan  regulating.
a.    Setting
Setting merupakan suatu kegiatan pengaturan tata letak dan penataan  yang mencakup penempatan mebeler, peralatan dan bahan kimia. Setting laboratorium hendaknya dapat memberikan dukungan yang optimal terhadap keberlangsungan kegiatan belajar mengajar. Setting ini perlu memperhatikan prinsip-prinsip keselamatan, efektivitas dan efisiensi, serta kemudahan pengawasan. Prinsip keselamatan dimaksudkan penempatan alat-alat dan bahan diusahakan sekecil mungkin memberikan resiko terjadinya kecelakaan. Petunjuk penggunaan alat harus tersedia dekat peralatan khusus disertai dengan daftar isian penggunaan alat (kartu alat).
Prinsip efisiensi dan efektivitas penggunaan alat dimaksudkan bahwa penempatan alat memberikan kesempatan yang tinggi kepada mahasiswa untuk menggunakan alat sesuai peruntukkannya dalam mengembangkan ketrampilan dasar laboratorium dengan hasil yang optimal. Selain itu  juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk lebih familiar dengan alat-alat.
Setting juga diharapkan dapat memperkecil energi untuk melakukan pengawasan, dengan cara memberikan pendelegasian pengawasan secara bertingkat. Adanya format isian untuk peralatan khusus merupakan suatu proses pendelegasian,  sehingga mengurangi beban kerja dosen/laboran pengawasan. Setiap pengguna melakukan pengecekan terhadap keutuhan, kebersihan dan fungsi alat sebelum dan sesudah kegiatan.

b.    Regulating
Regulating merupakan suatu pengaturan jadwal kegiatan dan penyusunan perangkat lunak untuk terlaksananya ketertiban dan keselamatan bekerja di laboratorium. Semua orang diberi kebebasan untuk bekerja di laboratorium dengan seperangkat aturan yang mengatur kegiatan di laboratorium. Aturan-aturan tersebut merupakan guide line yang dapat berupa  perangkat formal atau normative bekerja di laboratorium. Diantaranya adalah struktur organisasi,  job description, diagram alur, penjadwalan, tata tertib, prosedur penggunaan alat, petunjuk praktikum dan prosedur keselamatan kerja. Setiap personal yang bekerja di laboratorium harus memahami aturan yang berlaku. Oleh karena itu tata tertib harus jelas terpasang di ruangan dan perhatian mahasiswa seharusnya tertarik terhadapnya.

3.    Pengadministrasian/Inventarisasi
Pengadministrasian/inventarisasi merupakan suatu proses pendokumentasian seluruh sarana dan prasarana serta aktivitas laboratorium. Kegiatan administrasi laboratorium meliputi segala kegiatan administrasi yang ada di laboratorium, yaitu:
Ø    Inventarisasi peralatan laboratorium;
Ø    Daftar kebutuhan alat baru, alat tambahan, alat rusak, alat yang dipinjamkan;
Ø    Keluar masuk surat-menyurat;
Ø    Daftar pemakaian laboratorium, jadwal kegiatan laboratorium;
Ø    Daftar inventarisasi alat-alat meubeair (kursi, bangku, lemari, dll); dan
Ø    Sistem evaluasi dan pelaporan.
Inventarisasi peralatan laboratorium dan bahan kimia sangat penting dan merupakan asset pendidikan yang sangat berharga sehingga harus dilakukan secara ketat, inventarisasi laboratorium bertujuan untuk:
·    Mencegah terjadinya kehilangan dan penyalahgunaan;
·    Mengurangi biaya operasional;
·    Meningkatkan proses pekerjaan dan hasil;
·    Meningkatkan kualitas kerja;
·    Mengurangi resiko kehilangan, rusak dan pecah;
·    Mencegah pemakaian yang berlebihan;
·    Meningkatkan kerjasama dengan laboratorium lain; dan
·    Mendukung terciptanya kondisi yang aman.
Daftar alat sebagai bukti inventaris laboratorium merupakan suatu keharusan, dibuat dalam bentuk keseluruhan atau perlaboratorium. Dapat dikategorisasi berdasarkan jenis alat, bahan alat, kerja alat dsb.  Dalam daftar hendaknya sekurang-kurangnya tercantum kode alat (berdasarkan ketentuan yang berlaku), jumlah, spesifikasi dan nomor seri, tahun kedatangan dan asal.
Pencatatan mengenai pemakai dan riwayat alat untuk alat-alat tertentu biasanya dibuat dalam bentuk kartu alat. Kartu alat merupakan data spesifikasi alat, prosedur penggunaan, catatan pemakaian, dan riwayat service atau perbaikan kerusakan serta keberadaan suku cadang  atau consumable part. Kartu alat biasanya diletakkan atau digantungkan pada alat. Dengan adanya kartu alat ini lebih memudahkan proses pengawasan, karena setiap pemakai akan memeriksa kondisi alat berdasarkan spesifikasi dan kelengkapan yang tercantum dalam kartu alat tersebut.
Pencatatan mengenai bahan penting  untuk mengetahui jenis dan jumlah bahan serta masa kadaluarsa. Dengan mengetahui jenis dan jumlah bahan dapat diperkirakan dan diprioritaskan bahan yang akan dibeli.  Bahan-bahan dengan jumlah yang sedikit dan kadaluarsa menjadi prioritas kebutuhan. Administrasi bahan yang baik dapat menghindarkan pembelian ulang bahan yang sama.
4.    Pengamanan, perawatan dan pengawasan
a.    Pengamanan
Ada beberapa prinsip umum pengamanan laboratorium meliputi:
1)    Tanggung jawab
Kepala Laboratorium, laboran, asisten dan pemakai laboratorium bertanggung jawab penuh terhadap segala kecelakaan yang mungkin timbul. Karenanya Kepala Laboratorium seharusnya dijabat oleh orang yang kompeten dibidangnya, termasuk  juga teknisi dan laborannya.
2)    Penempatan alat dan bahan
penempatan peralatan laboratorium harus disimpan di tempat yang aman dan disusun secara teratur pada tempat tertentu, berupa rak atau meja yang disediakan. Penempatan bahan-bahan kimia juga harus di tempatkan pada tempat yang aman dan disimpan terpisah berdasarkan sifat dan golongannya masing-masing.
3)    Kerapian
Semua koridor, jalan keluar dan alat pemadam api harus bebas dari hambatan seperti botol- botol, dan kotak-kotak. Lantai harus bersih dan bebas minyak, air dan material lain yang mungkin menyebabkan lantai licin. Semua alat-alat dan reagensia bahan kimia yang telah digunakan harus dikembalikan ketempat semula seperti sebelum digunakan.
4)    Kebersihan laboratorium
Kebersihan dalam laboratorium menjadi tanggung jawab bersama pengguna laboratorium.
5)    Pertolongan pertama (First - Aid)
Setiap kecelakaan harus ditangani di tempat dengan memberikan pertolongan   pertama. Misalnya, bila mata terpercik dengan bahan kimia segera aliri air dalam jumlah yang banyak, jika tidak bisa segera panggil dokter. Jadi setiap laboratorium harus memiliki kotak P3K, dan harus selalu dikontrol isinya.


6)    Pakaian
Saat bekerja di laboratorium harus memakai jas laboratorium dan dilarang memakai pakaian longgar, kancing terbuka, berlengan panjang, kalung teruntai, dan lain-lain yang mungkin dapat terkena bahan kimia dan tersangkut oleh mesin, ketika bekerja dengan mesin-mesin yang bergerak. Selain pakaian, rambut  harus diikat dengan rapi.
7)    Dilarang berlari di laboratorium
           Tidak dibenarkan berlari di laboratorium atau di koridor, berjalanlah di tengah koridor untuk menghindari tabrakan dengan orang lain.
8)    Pintu-pintu
Pintu-pintu harus dilengkapi dengan jendela pengintip untuk mencegah terjadinya kecelakaan (misalnya: kebakaran).

b.    Perawatan
Perawatan atau pemeliharaan bukan berarti alat harus disimpan dengan baik sehingga alatnya selalu utuh, akan tetapi alat harus tetap dipergunakan agar tahan lama, dan harus dilakukan perawatan dengan cara menyimpan alat pada tempat yang aman, menjaga kebersihan alat, dan penyusunan penyimpanan alat-alat yang berbentuk set. Dalam perawatan atau pemeliharaan alat perlu diketahui sifat-sifat dasar alat, antara lain:
v    Zat atau bahan dasar pembuatan;
v    Berat alat;
v    Kepekaan alat terhadap pengaruh lingkungan;
v    Pengaruh bahan kimia;
v    Pengaruh alat yang satu dengan yang lain;
v    Nilai/harga dari alat; dan
v    Bentuk dalam set.

c.    Pengawasan
pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu adanya rencana, dan adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan. Pengawasan laboratorium bertujuan untuk :
·    Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek-praktek laboratorium yang baik, benar dan aman;
·    Memastikan semua petugas laboratorium memahami cara-cara menghindari risiko bahaya dalam laboratorium;
·    Melakukan penyelidikan/pengusutan segala peristiwa berbahaya atau kecelakaan;
·    Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja laboratorium; dan
·    Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan mencegah meluasnya bahaya tersebut.

PENUTUP   
Laboratorium kimia harus merupakan tempat yang aman bagi para penggunanya. Kunci keberhasilan laboratorium ditentukan oleh strategi pengelolaan laboratorium yaitu perencanaan, penataan, pengadministrasian/inventarisasi, serta pengamanan, perawatan dan pengawasan. Dalam hal ini seorang laboran memegang peranan penting dalam menciptakan suatu laboratorium yang aman. Dengan pengetahuan yang cukup tentang sifat-sifat bahan kimia yang ada di laboratorium, seorang laboran dapat mengetahui bagaimana cara menangani bahan kimia tersebut, termasuk bagaimana cara menyimpan dengan baik dan aman.
Pengetahuan tentang kegunaan alat, perawatan dan pemeliharaan alat juga penting untuk menjaga keawetan alat. Diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, baik dari para siswa, guru dan dosen sebagai pengawas. Dalam melakukan praktikum siswa dituntut untuk berhati-hati, tidak menganggap remeh setiap kemungkinan bahaya yang ditimbulkan. Dengan kerjasama yang sinergis dari berbagai pihak maka akan tercipta laboratorium kimia yang aman dan nyaman bagi semua orang yang menggunakannya.

 DAFTAR PUSTAKA
Budimarwanti, C., Pengelolaan Alat dan Bahan di laboratorium Kimia, http://staff.uny.ac.id/sites/default/files.pdf. (Diakses tanggal 5 Agustus 2012).
Kadarohman, A., (2007), Manajemen Laboratorium IPA,DEPAG RI; Jakarta. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196305091987031-R._ASEP_KADAROHMAN/MANAJEMEN_LABORATORIUM_IPA_DEPAG.pdf. (Diakses tanggal 2 Agustus 2012).
Lindawati, (2010), Strategi Inventarisasi Alat dan Bahan, http://lindawati-strukturatom.blogspot.com/2010/04/strategi-inventarisasi-alat-dan-bahan.html. (Diakses tanggal 5 agustus 2012).
Soemarsono, J., (1997), Pengamanan Kerja dalam Laboratorium Klinik, Musyawarah Nasional I, Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia, Jakarta.

The National Academies, Keselamatan dan keamanan  laboratorium kimia, National Research Council, http://dels.nas.edu/resources/static-assets/bcst/miscellaneous/Quick-Guide-Indonesian.pdf. (Diakses tanggal 2 Agustus 2012).